Senin, 23 Juli 2012

Tarot vs Qadha’ dan Qadar

Oke, judul diatas bisa dibilang vulgar, terutama dengan mewabahnya pandangan fanatis atas kepercayaan di masa sekarang ini, dimana pandangan-pandangan baru akan sebuah hal bisa meluncurkan sebuah kesalahpahaman yang berujung konflik. Kita hentikan dulu sampai disitu fanatisme-nya.

Tarot sendiri (menurut saya) hanyalah sebuah media refleksi diri serta pembacaan mengenai sesuatu (atau banyak) hal yang terbengkalai, terutama sisi “manusiawi”; manusia itu sendiri. Sedangkan Qadha’ dan Qadar adalah sebuah hukum dari sudut pandang agama. Tidak sebanding dengan sebuah media yang berusaha membaca hukum tersebut. Namun, Tarot sebagai sebuah “divination media” memiliki kelebihan dalam mengoreksi sisi personal seseorang secara psikologis dalam menganalisis “kemungkinan-kemungkinan” yang terjadi melalui banyak pilihan-pilihan yang bisa diambil dalam mempengaruhi masa depannya.

Anda yang menganggap diri anda sebagai umat muslim, tentunya pasti pernah mendengar mengenai rukun iman. Ya, benar salah satunya adalah beriman kepada Qadha’ dan Qadar. Namun, apa itu Qadha’ dan Qadar? Di masa sekarang ini khususnya anak muda kebanyakan (mungkin)banyak yang sekedar tahu namanya saja dan tidak mengerti akan makna sesungguhnya dari Qadha’ dan Qadar. Keduanya berkaitan dengan kehidupan kita, dimana hukum kausalitas dan juga takdir yang absolut, membentuk sebuah alur dan jalur yang dinamakan kehidupan.

Menurut Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd:

QADHA’
Qadha’, menurut bahasa ialah: Hukum, ciptaan, kepastian dan penjelasan.
Asal (makna)nya adalah: Memutuskan, memisahkan, menen-tukan sesuatu, mengukuhkannya, menjalankannya dan menyele-saikannya. Maknanya adalah mencipta. [4]

Kaitan Antara Qadha’ dan Qadar
1. Dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan qadar ialah takdir, dan yang dimaksud dengan qadha’ ialah penciptaan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

“Maka Dia menjadikannya tujuh langit… .” [QS Fushshilat: 12]

Yakni, menciptakan semua itu.Qadha’ dan qadar adalah dua perkara yang beriringan, salah satunya tidak terpisah dari yang lainnya, karena salah satunya berkedudukan sebagai pondasi, yaitu qadar, dan yang lainnya berkedudukan sebagai bangunannya, yaitu qadha’. Barangsiapa bermaksud untuk memisahkan di antara keduanya, maka dia bermaksud menghancurkan dan merobohkan bangunan tersebut. [5]

2. Dikatakan pula sebaliknya, bahwa qadha’ ialah ilmu Allah yang terdahulu, yang dengannya Allah menetapkan sejak azali. Sedangkan qadar ialah terjadinya penciptaan sesuai timbangan perkara yang telah ditentukan sebelumnya. [6]
Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, “Mereka, yakni para ulama mengatakan, ‘Qadha’ adalah ketentuan yang bersifat umum dan global sejak zaman azali, sedangkan qadar adalah bagian-bagian dan perincian-perincian dari ketentuan tersebut.’” [7]


QADAR
Qadar, menurut bahasa yaitu: Masdar (asal kata) dari qadara-yaqdaru-qadaran, dan adakalanya huruf daal-nya disukunkan (qa-dran). [1]
Ibnu Faris berkata, “Qadara: qaaf, daal dan raa’ adalah ash-sha-hiih yang menunjukkan akhir/puncak segala sesuatu. Maka qadar adalah: akhir/puncak segala sesuatu. Dinyatakan: Qadruhu kadza, yaitu akhirnya. Demikian pula al-qadar, dan qadartusy syai’ aqdi-ruhu, dan aqduruhu dari at-taqdiir.” [2]
Qadar, menurut istilah ialah: Ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk, sesuai dengan ilmu Allah yang telah terdahulu dan dikehendaki oleh hikmah-Nya. [3]
Atau: Ilmu Allah, catatan (takdir)-Nya terhadap segala sesuatu, kehendak-Nya dan penciptaan-Nya terhadap segala sesuatu tersebut.

3. Dikatakan, jika keduanya berhimpun, maka keduanya berbeda, di mana masing-masing dari keduanya mempunyai pengertian sebagaimana yang telah diutarakan dalam dua pendapat sebelumnya. Jika keduanya terpisah, maka keduanya berhimpun, di mana jika salah satu dari kedunya disebutkan sendirian, maka yang lainnya masuk di dalam (pengertian)nya.
[Disalin dari kitab Al-Iimaan bil Qadhaa wal Qadar, Edisi Indoensia Kupas Tuntas Masalah Takdir, Penulis Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Penerjemah Ahmad Syaikhu, Sag. Penerbit Pustaka Ibntu Katsir]

Dengan kata lain, Qada dan Qadar adalah sebuah pemahaman mengenai jalan hidup seseorang yang ditentukan oleh 2 faktor, pertama adalah faktor atas ijin Allah, dan yang kedua ialah faktor perbuatan manusia itu sendiri. Setiap perbuatan akan dikenakan balasan yang setimpal, dan bisa dimaknai juga sebagai hukum kausalitas (sebab-akibat) dalam pandangan yang lebih bebas. 
Pemahaman mengenai Qadha’ , menekankan pada titik dimana manusia memang tidak memiliki daya dan upaya dalam menentukan sesuatu pilihannya. Salah satu contoh pernyataan, sekaligus pertanyaan yang paling mudah yang (saya yakin) tidak bisa dijawab oleh siapapun juga adalah : Bagaimana kita bisa menentukan, kita lahir di keluarga yang kita inginkan ? Lalu bagaimana kita bisa menentukan kondisi fisik kita ketika terlahir di dunia ini sama seperti apa yang kita inginkan?
Sedangkan Qadar, menekankan pada titik dimana manusia sudah terlahir di dunia ini dan memiliki kemampuan untuk memilih jalan bagi kehidupannya sendiri. Disinilah faktor kausalitas bekerja. Siapa yang menanam benih, maka dia yang akan menuai. Namun dengan cara apa perbuatan kita akan kembali? Inilah yang kemudian kembali kepada Qadha’, dimana hukum Allah secara absolut bekerja tanpa kita ketahui, bahkan kita sadari sekalipun.

Tarot adalah Ramalan?
Saya jawab, Tarot adalah prediksi, bukan ramalan. Tarot mengklaim dirinya sebagai sebuah divination yang terkoneksi dengan alam bawah sadar manusia yang kemudian di klaim lagi oleh Carl Gustav Jung sebagai energi yang terkoneksi dengan alam semesta. Well, mungkin tulisan ini akan beranjak ke level yg lebih luas lagi mengenai definisi komparatif antara trance dan khusyuk, namun sebelum itu terjadi mari kita perjelas lagi tarot sebagai sebuah divination.
Divination sendiri jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti Ramalan. Apakah itu ramalan? Lalu apa bedanya dengan prediksi?

Puraga Baskara, selaku salah satu pendiri Red Messenger mengatakan bahwa Tarot adalah media yang baik dalam mengadakan pembacaan psikologi seseorang. Dengan kata lain kemampuan tarot adalah dalam mencoba menelaah sisi uncoscious mind seseorang. Hal ini membuat saya bertanya, sebenarnya apakah selalu manusia memiliki sisi unconsicous? Ya, Carl Gustav Jung membahas juga hal ini dari segi yang lebih “rasional” dengan mengatakannya sebagai collective unconscious. Jung memberikan contoh bahwa collective unconscious lahir juga sebagai turunan dari generasi terdahulu. Misalnya manusia takut pada binatang buas, hal ini lah yang kemudian lahir menjadi sebuah dasar kepribadian manusia dan menjadi sebuah archetype, yakni pemahaman sebuah bangunan pemikiran yang diturunkan secara primordial.

Kembali ke Tarot, sisi unconscious mind inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh para reader (pembaca tarot-red) dalam kemudian mencari pemahaman atas permasalahan yang dialami oleh orang yang dibacanya. Dari celah itulah kemudian kartu-kartu itu secara acak memunculkan kemungkinan-kemungkinan (prediksi) yang sebenarnya memang sudah hadir di depan mata, namun seringkali tidak disadari oleh manusia itu sendiri. Inilah yang kemudian dikatakan keajaiban, wow, super, terus salto gitu #eh. Padahal yang terjadi sebenarnya adalah konstruksi kesadaran diri kita yang memang seringkali melupakan banyak hal serta kemungkinan yang bisa digapai sesuai dengan yang telah diperbuat, sehingga terbaca kemungkinannya yang juga sekaligus menjadi Qadar nya. Namun tentunya Qadar seperti apa yang akan diterima? Itu kemudian tidak bisa juga dijustifikasi oleh Tarot secara sepihak. 

Oleh karena itulah sifat tarot yang sebenarnya prediktif sangat kental, bukan sebagai sebuah ramalan yang mutlak.

Namun apakah Tarot itu kemudian dilarang? Saya pribadi tidak melarang tarot. Akan tetapi tidak ingin juga bergantung pada tarot, karena yang saya khawatirkan adalah godaan syetan yang menggoyahkan iman kita dan menganggapnya sebagai sebuah referensi mutlak, karena bagaimanapun juga Manusia tak pernah luput dari kesalahan dan lupa.  Semoga kita selalu dalam lindungannya, Amin Ya Rabbal Al’amin..

by Nuku Nugraha Salam, seorang teman dan yang memberikan banyak inspirasi untuk Red Messenger




[1]. An-Nihaayah fii Ghariibil Hadiits, Ibnu Atsir, (IV/22).
[2]. Mu’jam Maqaayiisil Lughah, (V/62) dan lihat an-Nihaayah, (IV/23).
[3]. Rasaa-il fil ‘Aqiidah, Syaikh Muhammad Ibnu ‘Utsaimin, hal. 37.
[4]. Lihat, Ta-wiil Musykilil Qur-aan, Ibnu Qutaibah, hal. 441-442. Lihat pula, Lisaanul ‘Arab, (XV/186), al-Qaamuus, hal. 1708 bab qadhaa’, dan lihat, Maqaa-yiisil Lughah, (V/99).
[5]. Lisaanul ‘Arab, (XV/186) dan an-Nihaayah, (IV/78).
[6]. Al-Qadhaa’ wal Qadar, Syaikh Dr. ‘Umar al-Asyqar, hal. 27.
[7]. Fat-hul Baari, (XI/486).

Jumat, 04 Februari 2011

Reiki Symbol

Cho Ku Rei

The first symbol is Cho-KU-Rei (pronounced cho-koo-ray), which is often referred to as the 'power symbol. You will normally use this symbol in every healing session, as frequently as you feel is right. Its affect is to channel far stronger healing energy. Some people may feel attracted to drawing it counter clockwise instead. If you experiment, you will usually find which feels better for you.
Sei He Ki


The second symbol is SEI-HE-KI (pronounced say-hay-kee) and is used in most healings. It is sometimes called the 'emotional symbol' because it specifically addresses the emotional healing process and helps release deeply repressed feelings, quickly and easily. It is usually drawn once at the start of a session, and can be used again when you feel drawn to it at any time during the healing.
Hon Sha Ze Sho Nen





Hon Sha Ze Sho Nen (pronounced hon-sha-zee-show-nen) "The Distance Symbol" Hon Sha Ze Sho Nen is used to send Reiki. You can send Reiki to anyone and anything. It is used to send Reiki over distance and time (such as when using Reiki to heal a past trauma or sending Reiki to a point in the future when you or someone might need it). It is also drawn before sending a distant attunement. You may be guided intuitively to use it in other situations when necessary. If you feel you need to use it but have trouble recalling it exactly, just repeat the name of of the symbol and let Reiki do the rest for you.


Tibetan Dai Ko Myo/DooMo


The Dai ku Myo is also known as the Master Symbol. Some people may feel attracted to drawing it  instead of usui symbol. If you experiment, you will usually find which feels better for you.
Usui Dai Ko Mio
The Dai ku Myo is also known as the Master Symbol. This is the energy that the Reiki master activates to do the Attunements that make the Reiki energies permanently accessible to the new practitioner. Several Reiki Masters differentiate between 'Master' & 'Grand-Master'. A master attunement activates the Dai ku myo as the spiritual intuitive energy but does not give the ability to do attunements.
Raku



This Symbol is pronounced "ra-koo" which is mainly used at the end of attunements, take a deep breath and hold it in, move around the back of the receiver then draw the RAKU from their head, down along the spine and down to the ground, simultaneously releasing the breath. Inform the receiver that the process is complete and that they should sit still for a few minutes before arising. It does not initiate healing energy, but instead is involved in grounding the receiver, it may also be used at the end of a healing session or at other times when additional grounding is needed. Now a big tip when attuning people to reiki, sending distant treatments don't try to hard trust in the Intelligent Reiki Energy and you will never fail ! the main word to remember is your INTENT ! so take it easy let the energy flow.

Kamis, 27 Januari 2011

Letak Tangan Untuk Reiki Healing Kepada Orang Lain








Self Healing With REIKI


Niatkan uk mengalirkan reiki secara alami,
gunakan prinsip BNI (Batasi Nikmati & Imbangi)


Tangkupkan tangan di wajah hingga menutupi kelopak mata dan pipi.

Tangkupkan tangan di kepala dengan ujung ke dua jari tengah pada ubun-ubun kepala. niatkan energi mengalir dari chakra mahkota ke chakra dasar lalu grounding ke bumi melalui telapak kaki.

Tangkupkan tangan di belakang kepala (minor ajna). niatkan energi mengalir dari chakra minor ajna ke chakra dasar lalu grounding ke bumi melalui telapak kaki.

Tangkupkan tangan di dagu (titik kesadaran). niatkan energi mengalir dari titik kesadaran mengaktifkan kerja sistem hormonal//kelenjar hingga ke chakra dasar lalu grounding ke bumi melalui telapak kaki.

Tangkupkan tangan di chakra tenggorok, niatkan energi mengalir dari chakra tenggorok ke chakra dasar lalu grounding ke bumi melalui telapak kaki.

Tangkupkan tangan di ulu hati (solar plexus), niatkan energi mengalir dari solar plexus ke chakra dasar lalu grounding ke bumi melalui telapak kaki.

Tangkupkan tangan di chakra seks, niatkan energi mengalir dari chakra seks ke chakra dasar lalu grounding ke bumi melalui telapak kaki.

Tangkupkan tangan di chakra dasar niatkan energi mengalir dari chakra dasar lalu grounding ke bumi melalui telapak kaki.


Tangkupkan tangan di pundak belakang (minor tenggorok dan minor jantung), niatkan energi mengalir dari chakra tersebut ke jalur energi dari ida & pinggala lalu grounding ke bumi melalui telapak kaki.

Tangkupkan tangan di pinggang belakang (chakra minor anak ginjal), niatkan energi mengalir dari chakra tersebut ke chakra dasar lalu grounding ke bumi melalui telapak kaki.


Tangkupkan tangan di pinggang belakang (minor seks belakang), niatkan energi mengalir dari chakra tersebut ke ida & pinggala lalu grounding ke bumi melalui telapak kaki.

Tangkupkan tangan di pantat (chakra minor dasar belakang), niatkan energi mengalir dari chakra dasar lalu grounding ke bumi melalui telapak kaki.

Lakukan uk setiap gerakan minimal 3-5 menit.. rasakan saja..

Minggu, 23 Januari 2011

Tarot: Sebuah Pertanyaan? ( II )


Begitu orang-orang berbondong-bondong untuk sebuah pembacaan tarot, yang jadi pertanyaan paling mendasar dan paling sering ditanyakan adalah:


Siapakah jodoh saya? Kapankah saya bertemu jodoh saya? Kapan saya punya pacar?

Apa pekerjaan yang cocok untuk saya? Bagaimana karir saya kedepannya?

- dll-nya


Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidaklah salah, dan sangatlah lumrah untuk penanya menanyakan hal-hal tersebut. Namun yang jadi persoalan apakah semua tarot reader bersedia membaca tarot-nya untuk pertanyaan-pertanyaan semacam itu? Jawabannya bisa bersedia, tidak bersedia, atau tidak sanggup. Kenapa? Karena tidak semua tarot reader “senang” dinyatakan sebagai seorang peramal atau fortune teller. Tarot sendiri lebih tepat dikategorikan sebagai divination daripada fortune telling, karena sebetulnya yang dibaca tidak toh masa depan yang pasti terjadi, tapi lebih merupakan peta permasalahan dan pathlife seseorang.


Apakah fair untuk men-judge seseorang dengan kalimat; “Kamu tidak akan memiliki pacar sampai akhir taun!” atau “Melihat penyakit ayahmu, tampaknya dia akan mati bulan depan”. Sangatlah tidak “logis” untuk menyatakan suatu hal, yang sifatnya bisa berubah-ubah tergantung usaha, sama seperti jodoh. Ataupun penanya menanyakan sesuatu yang sifatnya lebih cocok diadakan riset dibandingkan menanyakan kepada tarot, contohnya adalah menanyakan pekerjaan yang cocok bagi orang tersebut. Saya pribadi, sebagai seorang pembaca tarot, sering menemukan pertanyaan yang sifatnya seperti yang tadi disebutkan diatas, dan jujur saja saya sangatlah malas untuk menjawabnya, tentunya dengan segudang rasa maklum yang muncul di nurani saya. Saya menganggap itu adalah hal yang wajar karena minimnya pengetahuan masyarakat umum terhadap tarot itu sendiri. Gaya saya pribadi dalam membaca tarot lebih mengarah kepada sebuah problem solving dari sebuah masalah dan pertanyaan yang diajukan, karena menurut hemat saya, itu lebih rasional dibandingkan membaca masa depan yang bisa dikatakan masih bisa berubah dan dipengaruhi masa sekarang. Bagi saya pribadi, tarot lebih cocok untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan masalahnya, bukan menyatakan suatu kepastian hasil dari suatu masalah. Karena manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan untuk merubah nasibnya dan selalu memiliki pilihan dalam hidupnya

Janganlah anda-anda sekalian ingin selalu “disuapi” untuk suatu hal, cobalah untuk introspeksi diri sebelum ingin tahu jalan apa yang mesti anda ambil dan janganlah takut untuk mengambil suatu jalan sebelum benar-benar mencobanya.

Jika anda menganggap tarot dapat membaca 100% hasil suatu pekerjaan yang belum sama sekali anda kerjakan, jika anda menganggap masa depan adalah suatu kepastian yang bisa dibaca dan ditentukan sebelum anda mengetahuinya, untuk apa anda capek-capek hidup dengan berbagai macam pilihan? Jadilah pribadi yang mandiri untuk menentukan apa yang harus anda lakukan saat ini agar bisa menjadi sebuah masa depan yang lebih baik.

Tarot: Sebuah Pertanyaan? ( I )


Mungkin semua orang pernah mendengar tentang tarot, namun tak semua orang memahami apa itu tarot. Keberadaan tarot sendiri masih dipertanyakan asal muasalnya, ada yang bilang dulunya berasal dari keluarga kerajaan di Itali atau dari Mesir dipakai para tentara Mamluk, yang jelas dulunya adalah alat permainan biasa layaknya kartu remi. Namun seiring perkembangannya, tarot menjadi sebuah alat yang biasa dijadikan kartu dan media meramal.

Tarot yang kita kenal saat ini dan yang paling populer adalah tipe Raider Waite, tarot ini dibuat oleh Arthur Edward Waite, seorang anggota ordo Golden Dawn dan diilustrasikan oleh Pamela Coleman Smith kedalam 78 gambar yang berbeda, dengan 22 Arcana Mayor dan 56 Arcana Minor. Tarot yang sering disebut RWS (Raider Waite Smith) ini menjadi salah satu tarot paling melegenda dan banyak digunakan hingga saat ini diseluruh belahan dunia, karena ilustrasi nya yang cocok untuk pembacaan sehari-hari tanpa menghilangkan unsur simbolisme dan ilustrasi yang bisa meng-trigger intuisi kita. Deck tarot ini sangat direkomendasikan untuk pemula yang baru akan memulai pembelajaran tarot.



Pada dasarnya tarot adalah media konsultasi yang sangat baik untuk dimanfaatkan dalam analisa dan pembacaan psikologi seseorang. Dan juga sangat efektif untuk kita gunakan untuk problem solving suatu masalah. Kenapa? Karena pada dasarnya tarot bekerja di alam bawah sadar manusia dan seluruh isi alam semesta (unconcious collective mind). Menurut Carl Gustav Jung, pada dasarnya alam nirsadar kolektif manusia terhubungkan semuanya dan juga dengan seisi alam semesta ini, dan itulah acuan dasar bagaimana cara kerja kartu tarot bisa menjabarkan permasalahan-permasalahan anda. Sebetulnya, jika kita mengacu pada teori tersebut dengan kartu remi pun dan dengan media apapun sebetulnya kita bisa membaca hal-hal tersebut. Namun, kelebihan kartu tarot adalah simbolisme dan ilustrasi nya yang memang disesuaikan dengan alam bawah sadar dan archtype yang berulang setiap jamannya. Sehingga pada dasarnya tidak ada yang kita sebut kebetulan. Karena kebetulan yang biasanya anda anggap kebetulan itu hakikatnya memang terjadi karena alam bawah sadar anda tau dan mengarahkan realisasinya hal tersebut.

Terlepas sah atau tidaknya tarot jika dikait-kaitkan dengan agama tertentu yang secara sepihak melarang metode peramalan dan tarot, pada dasarnya tarot adalah gambaran-gambaran alam bawah sadar manusia. Dan apakah alam bawah sadar manusia adalah hal yang dilarang, atau justru sengaja di-tabu-kan, itu justru sangat kontradiksi dengan pemahaman manusia sebagai makhluk sempurna dan dengan segudang potensi yang bisa dan semestinya digali untuk perkembangan batiniah manusia itu sendiri.